Kamis, 10 Juni 2021

BAB II"Perusahaan dan Perkebunan Serat di Hindia Belanda"

 

      Perusahaan Dan Perkebunan Serat Di Hindia Belanda


           Serat merupakan komoditas ekspor hindia belanda yang tidak kalah penting dengan hasil produksi perkebunan lain seperti teh, kopi, tembakau dan gula. Serat sangat dibutuhkan sebagai bahan pembuatan beragam kerajinan, tekstil, kertas, sikat, perabot rumah tangga, dan tali. Selain itu, jenis serat juga beraneka ragam, ada yang lembut, halus, kuat, dan keras. Semuanya dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dunia selama periode kolonial.

     Namun demikian, setelah memperhatikan berbagai kajian tentang tanaman komoditas di vorstenlanden, ternyata tanaman serat nanas adalah yang paling minim diperbincangkan. Tanaman serat nanas masih kalah pamor dengan kopi, tebu, tembakau, dan teh. 

A.   Komoditas Serat Di Hindia Belanda

    Produksi serat dapat dibagi menjadi serat keras dan serat halus. Meskipun jawa sangat subur, produksi serat keras dan halus masih kurang optimal. Penyebabnya adalah baik pengusaha maupun gubernemen masih terpaku pada produksi kopi, gula, dan tembakau yang memiliki nilai jual lebih tinggi di pasar dunia. Tidak mengherankan apabila hasil ekspor serat keras dari hindia belanda masih tertinggal dari filipina, meksiko, dan afrika timur. Produksi serat tekstil yang halus juga masih dalam skala kecil. Malahan, produksi serat kertas menjadi karton hanya diproduksi di satu pabrik di pulau jawa.

1.     Serat Untuk Tali Keras

            Dalam memenuhi kebutuhan akan tali keras di berbagai belahan dunia, terdapat berbagai macam serat yang digunakan. Dua jenis serat di antaranya adalah serat nanas dan serat abaka. Serat nanas (agave sp) dibudidayakan di hindia belanda secara eksklusif di pulau jawa. Tanaman serat nanas memiliki beberapa manfaat. Kandungan serat yang berkualitas menjadikan tumbuhan ini dibudidayakan secara masif sebagai bahan baku pembuatan tali. Serat nanas diperoleh melalui proses dekortikasi atau proses pengolahan untuk memisahkan serat daun agave sp karena serat nanas diperoleh dari daun, maka dikategorikan sebagai serat daun.

2.     Serat Sikat

            Di hindia belanda, terdapat serat flapper dan serat aren yang akan diolah menjadi barang bernilai berupa serat sikat. Pada umumnya, serat flapper disebut oleh orang inggris sebagai "coir fiber”. Sedangkan, orang belanda menyebut kelapa sebagai serat kelapa dapat dimanfaatkan sebagai serat sikat yang fiber "klapper." berguna untuk alat-alat rumah tangga. Permintaan akan serat flapper meningkat secara pesat pada abad XIX. Serat ini mempunyai keunggulan dalam hal elastisitas yang disertai dengan kemampuan daya tahannya yang tinggi, baik di udara maupun di dalam air. Serat flapper pada awal abad XX hanya dihasilkan dari ceylon (srilanka), india bagian selatan terutama dari pantai malabar dan madras yang saat itu menjadi koloni inggris serta pulau-pulau disekitarnya hingga eropa dan amerika utara. Sedangkan hindia belanda yang menghasilkan koprah nelampaui india tidak menghasilkan produksi serat flapper. Bahan baku serat sikat berikutnya adalah serat aren. Serat aren (arenga saccharifera) mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap air. Dengan sifatnya yang elastis dan kasar menjadikan serat ini kurang cocok digunakan untuk tali. Serat ini sering dimanfaatkan oleh penduduk lokal untuk tujuan tertentu, namun terdapat permintaan dari eropa khususnya untuk serat sikat.

3.   Serat Untuk Bahan Tekstil

            Serat yang dihasilkan di hindia belanda juga dapat dimanfaatkan untuk memenihi kebutuhan dalam produksi tekstil diantaranya adalah kapas, rami, dan serat yute. Namun, budidaya kapas ini mengalami permasalahan yang disebabkan oleh kondisi tanah dan pengaruh iklim yang kurang sesuai. Pada masa awal pertumbuhan kapas membutuhkan curah hujan yang tinggi. Sedangkan, saat pohon kapas mulai berbunga, curah hujan yang tinggi sangat berbahaya. Tanaman kapas juga rentan terhadap hama serta penyakit yang penting. Oleh karena itu, budidaya kapas sangat memerlukan ketelatenan yang tinggi, sedangkan penduduk hindia belanda sering lalai dalam perawatannya. Tanaman serat untuk tekstil berikutnya adalah rami. Rami atau yang sering disebut serat india atau rameh merupakan serat kulit kayu dari beberapa varietas boehmeria nivea. Kelemahan serat rami terletak pada tingkat kerapuhan serta kemampuannya untuk bersaing dengan budidaya rami di cina terutama di hupeh yang lebih dahulu popular.

4.     Serat Bahan Pengisi Material

            Budidaya tanaman di hindia belanda juga menghasilkan serat yang daoat digunakan untuk mengisi material atau bend. Serat tersebut diperoleh dari kapuk dan tanaman sutra. Eksistensi kapuk jawa (ceiba pentandra) yang biasa disebut oleh orang jawa dengan nama randu merupakan pohon yang paling penting dari hindia belanda Selain itu, ada pula serat yang dihasilakan dari tanaman sutra yang dibudidayakan di hindia belanda. Tanaman sutra di jawa disebut dengan widoeri atau sadoeri, dalam bahasa sunda ladori dalam bahasa madura liduri. Umumnya permintaan serat sutra tidak terlalu banyak karena ketahanannya yang lebih rendah dibandingkan dengan kapuk. Budidaya tanaman sutra ini lebih mudah karena tidak membutuhkan tanah untuk hidup.

5.     Serat Bahan Anyaman

            Serat yang digunakan untyk anyaman di antaranya rotan, bamboo, pandan dan puron. Salah satu penghasil serat anyaman adalah rotan. Rotan merupakan komoditas hutan yang paling penting. Pada 1914, hindia belanda mengekspor lebih dari 42.000 ton diantaranya dihasilkan dari sulawesi 20.000 ton, kalimantan 12.000 ton, dan sumatra 10.000 ton. Rotan juga dapat ditemui di jawa, tetapi batangnya tidak mempunyai nilai komersial yang besar. Selain itu hasil panen rotan di jawa tidak mencukupi kebutuhan penduduk lokal. Untuk mengatasi hal tersebut, ada pasokan rotan bermutu rendah yang diangkut dari kalimantan ke jawa. Selain rotan, serat anyam lainnya adalah bambu. Bambu merupakan tanaman yang sering dijumpai di wilayah hindia belanda. Karena beberapa negara asia lain juga menghasilkan bamboo, maka hindia belanda tidak melakukan ekspor dalam bentuk barang-barang praktis. Yang diekspor adalah topi bambu dalam jumlah yang besar. Selain itu, hindia belanda juga menghasilkan serat puron (lepironia mucronata rich). Tanaman serat ini tumbuh di kalimantan tenggara, yaitu martapura, kandangan dan amoentai. Lebih dari sebelas juta tikar ditenun setiap tahun. Spesies ini telah tersebar luas diseluruh kepualaun hindia sampai australia dan madagaskar untuk pembuatan topi jerami. Tikar yang dihasilkan dari riau dan palembang, diduga berasal dari tumbuhan yang sama. Produksi tikar kalimantan, banjarmasin atau puron yang kokoh dan tertutup rapat adalah salah satu produk terpenting dari kalimantan.

6.   Serat untuk kertas

            Terdapat satu pabrik kertas di jawa yang memproduksi karton menggunakan bahan jerami, padi, bambu, tumbuh tebu, dan limbah serat. Penggunaan jerami untuk bahan baku pembuatan kertas juga dilakukan oleh dua puluh pabrik karton milik belanda di koloni gambut groningen. Terdapat pabrik karton yang menggunakan bahan residu destilasi dari minyak sereh di weltevredan. Namun, pabrik ini hanya bertahan sebentar saja. Di jawa juga terdapat pengolahan kertas yang sering disebut sebagai kertas jawa. Kertas ini diproduksi oleh penduduk asli dari kulit pohon daluwang (ventilasi brotossonetia papyrifera). Meningkatnya permintaan akan kertas di negara beriklim sedang menyebabkan penduduk secara eksklusif diarahkan untuk memenuhi tuntutan pasar tersebut dengan menanam tanaman penghasil kertas terutama bambu.

B.     Perkebunan Serat Di Hindia Belanda

            Produksi serat telah mempunyai peran penting dalam menghasilkan berbagai barang yang bernilai tinggi. Pada masa kolonial, penduduk hindia belanda tidak lagi menghasilkan serat untuk kepentingannya sendiri, melainkan diberdayakan untuk memenuhi ekdpor yang sangat menguntungkan. Dengan kekayaan alam yang berlimpah serta kondisi alam yang mendukung, bebagai upaya dilakukan oleh pemerintah kolonial belanda maupun pihak swasta untuk mencari pundi-pundi keuntungan dari daerah koloni. Salah satu caranya yaitu dengan mengenalkan budidaya tanaman ekspor yang laku di pasar internasional kepada penduduk lokal. Di pulau jawa, serat dihasilkan dari berbagai perusahaan di berbagai daerah.

            Adanya indikasi produksi serat tersebut telah menunjukkan peranan penting penduduk hindia belanda dalam memasok permintaan serat yang terus mengalami peningkatan. Lonjakan hasil pertanian dan perkebunan membuat semakin banyak perusahaan dan perkebunan serat didirikan sejak akir abad  hingga awal abad. Perkebunan mento toelakan yang berada di wilayah wonogiri juga menjadi pusat penting dalam menghasilkan serat untuk mencukupi kebutuhan karung goni. Mento toelakan merupakan salah satu perusahaan penghasil serat di hindia belanda yang sukses. Dan Pada masa itu, jumlah perkebunana yang menghasilkan serat di vorstenladen lebih sedikit daripada perkebunan kopi, tebu, tembakau, dan teh. Oleh karena itu, ulasan mengenai mento toelakan memiliki nilai keunikan tersendiri.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB IV LAYU SEBELUM BERKEMBANG : MENGHIDUPKAN KEMBALI INDUSTRI SERAT (1942-1996)

BAB IV LAYU SEBELUM BERKEMBANG : MENGHIDUPKAN KEMBALI INDUSTRI SERAT (1942-1996)             Pada periode 1940 an merupakan masa yang tida...