Serat merupakan komoditas ekspor hindia belanda yang tidak kalah penting dengan hasil produksi perkebunan lain seperti teh, kopi, tembakau dan gula. Serat sangat dibutuhkan sebagai bahan pembuatan beragam kerajinan, tekstil, kertas, sikat, perabot rumah tangga, dan tali. Selain itu, jenis serat juga beraneka ragam, ada yang lembut, halus, kuat, dan keras. Semuanya dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dunia selama periode kolonial.
Namun demikian, setelah memperhatikan berbagai kajian
tentang tanaman komoditas di vorstenlanden, ternyata tanaman serat nanas
adalah yang paling minim diperbincangkan. Tanaman serat nanas masih kalah pamor
dengan kopi, tebu, tembakau, dan teh.
A.
Komoditas Serat Di Hindia Belanda
Produksi serat dapat
dibagi menjadi serat keras dan serat halus. Meskipun jawa sangat subur,
produksi serat keras dan halus masih kurang optimal. Penyebabnya adalah baik
pengusaha maupun gubernemen masih terpaku pada produksi kopi, gula, dan
tembakau yang memiliki nilai jual lebih tinggi di pasar dunia. Tidak mengherankan
apabila hasil ekspor serat keras dari hindia belanda masih tertinggal dari
filipina, meksiko, dan afrika timur. Produksi serat tekstil yang halus juga masih
dalam skala kecil. Malahan, produksi serat kertas menjadi karton hanya
diproduksi di satu pabrik di pulau jawa.
1.
Serat Untuk Tali Keras
Dalam memenuhi kebutuhan akan tali keras di berbagai
belahan dunia, terdapat berbagai macam serat yang digunakan. Dua jenis serat di
antaranya adalah serat nanas dan serat abaka. Serat nanas (agave sp)
dibudidayakan di hindia belanda secara eksklusif di pulau jawa. Tanaman serat
nanas memiliki beberapa manfaat. Kandungan serat yang berkualitas menjadikan
tumbuhan ini dibudidayakan secara masif sebagai bahan baku pembuatan tali. Serat
nanas diperoleh melalui proses dekortikasi atau proses pengolahan untuk
memisahkan serat daun agave sp karena serat nanas diperoleh dari
daun, maka dikategorikan sebagai serat daun.
2.
Serat Sikat
Di hindia belanda, terdapat serat flapper dan
serat aren yang akan diolah menjadi barang bernilai berupa serat sikat. Pada umumnya,
serat flapper disebut oleh orang inggris sebagai "coir fiber”. Sedangkan,
orang belanda menyebut kelapa sebagai serat kelapa dapat dimanfaatkan sebagai
serat sikat yang fiber "klapper." berguna untuk alat-alat rumah
tangga. Permintaan akan serat flapper meningkat secara pesat pada
abad XIX. Serat ini mempunyai keunggulan dalam hal elastisitas yang disertai
dengan kemampuan daya tahannya yang tinggi, baik di udara maupun di dalam air. Serat flapper pada
awal abad XX hanya dihasilkan dari ceylon (srilanka), india bagian selatan
terutama dari pantai malabar dan madras yang saat itu menjadi koloni inggris
serta pulau-pulau disekitarnya hingga eropa dan amerika utara. Sedangkan hindia
belanda yang menghasilkan koprah nelampaui india tidak menghasilkan produksi
serat flapper. Bahan baku serat sikat berikutnya adalah serat aren. Serat aren
(arenga saccharifera) mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap air. Dengan sifatnya
yang elastis dan kasar menjadikan serat ini kurang cocok digunakan untuk tali. Serat
ini sering dimanfaatkan oleh penduduk lokal untuk tujuan tertentu, namun
terdapat permintaan dari eropa khususnya untuk serat sikat.
3.
Serat Untuk Bahan Tekstil
Serat yang dihasilkan di hindia belanda juga dapat
dimanfaatkan untuk memenihi kebutuhan dalam produksi tekstil diantaranya adalah
kapas, rami, dan serat yute. Namun, budidaya kapas ini mengalami permasalahan
yang disebabkan oleh kondisi tanah dan pengaruh iklim yang kurang sesuai. Pada masa
awal pertumbuhan kapas membutuhkan curah hujan yang tinggi. Sedangkan, saat
pohon kapas mulai berbunga, curah hujan yang tinggi sangat berbahaya. Tanaman kapas
juga rentan terhadap hama serta penyakit yang penting. Oleh karena itu,
budidaya kapas sangat memerlukan ketelatenan yang tinggi, sedangkan penduduk
hindia belanda sering lalai dalam perawatannya. Tanaman serat untuk tekstil
berikutnya adalah rami. Rami atau yang sering disebut serat india atau rameh
merupakan serat kulit kayu dari beberapa varietas boehmeria nivea. Kelemahan
serat rami terletak pada tingkat kerapuhan serta kemampuannya untuk bersaing
dengan budidaya rami di cina terutama di hupeh yang lebih dahulu popular.
4.
Serat Bahan Pengisi Material
Budidaya tanaman di hindia belanda juga menghasilkan
serat yang daoat digunakan untuk mengisi material atau bend. Serat tersebut
diperoleh dari kapuk dan tanaman sutra. Eksistensi kapuk jawa (ceiba pentandra)
yang biasa disebut oleh orang jawa dengan nama randu merupakan pohon yang
paling penting dari hindia belanda Selain itu, ada pula serat yang dihasilakan
dari tanaman sutra yang dibudidayakan di hindia belanda. Tanaman sutra di jawa
disebut dengan widoeri atau sadoeri, dalam bahasa
sunda ladori dalam bahasa madura liduri. Umumnya permintaan
serat sutra tidak terlalu banyak karena ketahanannya yang lebih rendah
dibandingkan dengan kapuk. Budidaya tanaman sutra ini lebih mudah karena tidak
membutuhkan tanah untuk hidup.
5.
Serat Bahan Anyaman
Serat yang digunakan untyk anyaman di antaranya rotan,
bamboo, pandan dan puron. Salah satu penghasil serat anyaman adalah rotan. Rotan
merupakan komoditas hutan yang paling penting. Pada 1914, hindia belanda mengekspor
lebih dari 42.000 ton diantaranya dihasilkan dari sulawesi 20.000 ton,
kalimantan 12.000 ton, dan sumatra 10.000 ton. Rotan juga dapat ditemui di
jawa, tetapi batangnya tidak mempunyai nilai komersial yang besar. Selain itu
hasil panen rotan di jawa tidak mencukupi kebutuhan penduduk lokal. Untuk mengatasi
hal tersebut, ada pasokan rotan bermutu rendah yang diangkut dari kalimantan ke
jawa. Selain rotan, serat anyam lainnya adalah bambu. Bambu merupakan tanaman
yang sering dijumpai di wilayah hindia belanda. Karena beberapa negara asia
lain juga menghasilkan bamboo, maka hindia belanda tidak melakukan ekspor dalam
bentuk barang-barang praktis. Yang diekspor adalah topi bambu dalam jumlah yang
besar. Selain itu, hindia belanda juga menghasilkan serat puron (lepironia
mucronata rich). Tanaman serat ini tumbuh di kalimantan tenggara, yaitu
martapura, kandangan dan amoentai. Lebih dari sebelas juta tikar ditenun setiap
tahun. Spesies ini telah tersebar luas diseluruh kepualaun hindia sampai
australia dan madagaskar untuk pembuatan topi jerami. Tikar yang dihasilkan
dari riau dan palembang, diduga berasal dari tumbuhan yang sama. Produksi tikar
kalimantan, banjarmasin atau puron yang kokoh dan tertutup rapat adalah salah
satu produk terpenting dari kalimantan.
6.
Serat untuk kertas
Terdapat satu pabrik kertas di jawa yang memproduksi
karton menggunakan bahan jerami, padi, bambu, tumbuh tebu, dan limbah serat. Penggunaan
jerami untuk bahan baku pembuatan kertas juga dilakukan oleh dua puluh pabrik
karton milik belanda di koloni gambut groningen. Terdapat pabrik karton yang
menggunakan bahan residu destilasi dari minyak sereh di weltevredan. Namun,
pabrik ini hanya bertahan sebentar saja. Di jawa juga terdapat pengolahan
kertas yang sering disebut sebagai kertas jawa. Kertas ini diproduksi oleh
penduduk asli dari kulit pohon daluwang (ventilasi brotossonetia papyrifera). Meningkatnya
permintaan akan kertas di negara beriklim sedang menyebabkan penduduk secara
eksklusif diarahkan untuk memenuhi tuntutan pasar tersebut dengan menanam
tanaman penghasil kertas terutama bambu.
B.
Perkebunan Serat Di Hindia Belanda
Produksi serat telah mempunyai peran penting dalam
menghasilkan berbagai barang yang bernilai tinggi. Pada masa kolonial, penduduk
hindia belanda tidak lagi menghasilkan serat untuk kepentingannya sendiri,
melainkan diberdayakan untuk memenuhi ekdpor yang sangat menguntungkan. Dengan kekayaan
alam yang berlimpah serta kondisi alam yang mendukung, bebagai upaya dilakukan
oleh pemerintah kolonial belanda maupun pihak swasta untuk mencari pundi-pundi
keuntungan dari daerah koloni. Salah satu caranya yaitu dengan mengenalkan
budidaya tanaman ekspor yang laku di pasar internasional kepada penduduk lokal.
Di pulau jawa, serat dihasilkan dari berbagai perusahaan di berbagai daerah.
Adanya indikasi produksi serat tersebut telah menunjukkan
peranan penting penduduk hindia belanda dalam memasok permintaan serat yang terus
mengalami peningkatan. Lonjakan hasil pertanian dan perkebunan membuat semakin
banyak perusahaan dan perkebunan serat didirikan sejak akir
abad hingga awal abad. Perkebunan mento toelakan yang berada di
wilayah wonogiri juga menjadi pusat penting dalam menghasilkan serat untuk
mencukupi kebutuhan karung goni. Mento toelakan merupakan salah satu perusahaan
penghasil serat di hindia belanda yang sukses. Dan Pada masa itu, jumlah
perkebunana yang menghasilkan serat di vorstenladen lebih sedikit
daripada perkebunan kopi, tebu, tembakau, dan teh. Oleh karena itu, ulasan
mengenai mento toelakan memiliki nilai keunikan tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar